Selasa, 19 Januari 2010

Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF); AL Jepang

Sebagai negara kepulauan, Jepang telah berinvestasi sangat banyak untuk JMSDF yang memiliki 430 kapal perang. JMSDF memiliki kekuatan 45.550 personil, 52 destroyer yang masih aktif, termasuk State-of-the-art Aegis Destroyer dan 16 kapal selam, menurut 2009 White Paper yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertahanan pada bulan Juli.
Kekuatan di titik beratkan pada peralatan-peralatan yang bersifat bertahan. Tugas utama mereka adalah untuk mempertahankan pengendalian laut dan untuk ber patroli di laut teritorial. Mereka juga mulai berkembang dengan berpartisipasi dalam pasukan perdamaian PBB.
Deputi PM Naoto Kan pada 25 Oktober menyarankan JMSDF bersiap untuk meningkatnya ancaman dari Korea Utara dan memberantas teroris ketika fleet review di Teluk Sagami. "Melihat kondisi keamanan di sekitar Jepang yang berubah drastis, Self-Defense Force dibutuhkan untuk merespon berbagai macam situasi termasuk perkembangan dari senjata pemusnah masal dan rudal balistik serta teroris," jelas Kan diatas 5.200-ton destroyer Kuruma.
Kan berkata rudal Pyongyang yang diluncurkan pada April (yang melintas di atas Jepang) dan ujicoba nuklir pada Mei tidak dapat di tolerir dan dianggap sebagai ancaman serius terhadap kedamaian dan keamanan di Jepang, Asia Timur dan masyarakat Internasional.
Atas ketegangan yang ditimbulkan sebelumnya yaitu kegagalan usaha Korea Utara untuk meluncurkan peralatan baru, satellite-bearing long-range missile pada bulan April, JMSDF telah menyiapkan Kongou dan Chokai - the two Aegis-equipped ballistic missile defence (BMD) destroyer yang dilengkapi dengan rudal SM-3 di perairan Laut Jepang. Aegis-equipped destroyer, Kirishima, diberangkatkan ke Pasifik untuk mendeteksi dan men-track perjalanan proyektil dari Korea Utara dan mengumpulkan data untuk menentukan apakah itu satelit atau rudal. (Kirishima tidak memiliki kemampuan untuk meng-intercept).
The Japan Air Self-Defense Force (JASDF) juga memiliki Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) ground-based interceptor missiles, diletakan di pangkalan Hamamatsu di kota Shizuoka, dan juga diletakan di markas JGSDF di Akita dan Iwate di Timur Laut Jepang. BMD Standard Missile-3 (SM-3) dapat mencegat rudal balistik antar benua pada ketinggian 100 km sedangkan PAC-3 mempunyai jarak 20 km. PAC-3 bertanggung jawab terhadap rudal jarak pendek dan dirancang untuk mencegat rudal yang datang apabila SM-3 gagal mengenai sasaran.
Jepang menghabiskan JPY 662.3 miliar untuk membeli sistem pertahanan anti rudal balistik antara tahun2004 dan 2008. Dari jumlah tersebut, JPY 40.3 miliar dibelanjakan untuk membeli PAC-3. Sementara itu, Kementrian Pertahanan meminta dana JPY 118.1 miliar tahun depan untuk membangun helicopter carrier terbesar. Destroyer terbaru akan berbobot 19.500 ton dengan kemampuan peperangan amphibi yang dapat membawa 14 helikopter. Heliicopter destroyers sebelumnya, Hyuga dan Ise, memiliki bobot 13.950 ton dan dapat membawa max 11 helikopter.

Selasa, 12 Januari 2010

AL KORSEL vs KORUT di Laut Kuning

Korea Selatan membuktikan keputusannya untuk mempertahankan perbatasan maritimnya di Laut Kuning (sebelah barat) pada 10 November ketika bentrokan AL pertama dengan Korea Utara dalam tujuh tahun.
Sangat kontras dengan kejadian sebelumnya pada tahun 1999 dan 2002, the Republic of Korea Navy (RoKN) menerapkan aturan pelibatan yang baru yang mengijinkan kapalnya untuk menembak kepada kapal patroli Korea Utara tanpa terlebih dahulu konsultasi dengan pemegang kebijakan polotik di Seoul.
Pada 1136 h local time, sebuah kapal patroli Korea Selatan melaksanakan tembakan peringatan 4 kali kepada kapal Korea Utara yang melanggar garis batas sebelah utara, berdasarkan perhitungan Seoul. Pyongyang tidak mengenal batas maritim ini, yang telah di gambarkan oleh Amerika pada akhir Korean War pada tahun 1953. Kapal Korut membuka tembakan dan menyebabkan 15 lubang pada haluan kapal RoKN. Hal ini memicu reaksi segera: 4 kapal Korsel menembakan 4.950 peluru ke kapal patroli Korut yang meninggalkan pertempuran dalam keadaan terbakar. Adu saling tembak ini berlangsung kurang dari 2 menit, menewaskan paling tidak 1 ABK Korut.
Pyongyang menyangkal versi Seoul dan menuntut permohonan maaf, berkaitan dengan bentrokan akibat dari pergerakan yang agresif oleh RoKN. Pertukaran tembakan bukan kejadian yang kebetulan tetapi merupakan suatu hal yang sudah direncanakan oleh militer Korsel, pendapat dari Rodong Sinmun, seorang wartawan surat kabar Pyongyang.
"Kita tidak bisa bilang bahwa AL Korsel melakukan reaksi yang berlebihan," Jong Kun Choi, dari Universitas Yonsei Seoul. "Bertentangan dengan aturan pelibatan yang digunakan pada tahun 2002 ketika bentrokan sebelumnya terjadi, kapal memiliki kewenangan untuk membalas tembakan tanpa terlebih dahulu konsultasi dengan pemegang kebijakan politik". Presiden Lee Myung-bak, yang telah memimpin dengan garis keras melawan Pyongyang sejak memerintah pada tahun 2008, telah kembali kepada aturan pelibatan sebelumnya yang membatasi kewengan dari RoKN.
Bak Seung-joo, dari the Korea Institute for Defence Analyses, mengatakan bahwa dia percaya bentrokan yang terjadi adalah rencana Pyongyang untuk meningkatkan ketegangan berkenaan dengan kedatangan Presiden Barack Obama ke Seoul.

Sabtu, 09 Januari 2010

HMS ASTUTE melaksanakan Sea Trial pertama

HMS Astute, kelas pertama dari generasi terbaru dari nuclear powered attack submarine (SSN) untuk Angkatan Laut Inggris (UK's Royal Navy), akan melaksanakan perjalanan pertamanya di laut dari kontraktor utama BAE system submarine production facility di Barrow-in-Furness, Cumbria ke Her Majesty's Naval Base Clyde, Faslane, Skotlandia, dimana kapal ini akan di uji untuk peng-operasionalan nya.
Dalam perjalanannya ke Faslane, HMS Astute akan melaksanakan 2 fase dalam sea trial. Fase pertama akan menitik beratkan untuk menyelidiki dan mengembangkan olah gerak kapal ketika di laut; fase kedua, akan melihat dan menguji kemampuan tempurnya. HMS Astute akan diresmikan pada musim gugur tahun 2010.
"Kami ditugaskan untuk membuat prosedur operasional untuk kapal selam kelas ini," jelas Komandan Astute, Commander Andy Coles, ketika berbicara di press facility pada 12 November. "Kita akan mulai dengan apa yang kita ketahui dan kemudian mencoba secara perlahan menyelidiki keterbatasannya."
"Hal ini akan dimulai dari dasar. Ketika di permukaan telah teruji, kita akan menguji nya di bawah air dengan cara yang sama. Kemudian kita akan menuju kepada Combat System. Dan kemudian kita akan menggabungkannya menjadi satu dan Astute akan berlayar menuju Amerika dan menembakan TLAM (Tomahawk Land Attack Missile) pada uji coba jarak tembak, serta menembak the Spearfish (heavyweight torpedo) pada jarak kalibrasi, sehingga kita dapat menggunakan prosedur secara cepat dan tepat. Ini adalah pembuatan kapal selam pertama dalam 17 tahun terakhir," jelas Cdr Coles.
Digambarkan oleh Cdr Coles sebagai "quantum leap" atas Kelas Trafalgar sebelumnya. Dengan badan yang lebih besar, Kelas Astute berbobot 7.400 ton ketika menyelam dibandingkan hanya sekitar 5.000 ton untuk Kelas Trafalgar. Astute akan memiliki magazine yang lebih besar untuk senjata utama (campuran antara 36 Spearfish torpedoes dan Tomahawk TLAMs dengan 6 tabung penembakan, dibandingkan dengan kelas sebelumnya yang hanya membawa 24 dengan 5 tabung penembakan) dan akan menjadi RN SSN pertama dengan "core for life"; Roll Royce membuat nuclear powerplant yang akan bertahan selama kapal ini beroperasi, meniadakan kebutuhan akan proses mid-life refuelling. Astute juga akan menjadi kelas pertama yang menggunakan "no optical eyepath"; periscope nya menggunakan serat optik, berbeda dengan periscope tradisional yang terbentang vertikal dari conning tower sampai anjungan.
Memasuki kedinasan pada era dimana asymmetric warfare berlaku, Astute akan dilengkapi dengan "Chalfont"special forces delivery system untuk melaksanakan operasi klandestin (diam-diam) di daerah pesisir. Dilengkapi juga dengan Intelligence-gathering equipment (Eddystone communications ESM system). Untuk pertama kalinya pada kapal selam RN, semua 98 awak Astute akan memiliki tempat tidur masing-masing.
BAE System Submarine Solution telah di kontrak untuk membuat 3 kapal selam Kelas Astute. Perusahaan berharap akan di kontrak untuk membuat 7 kapal selam untuk menggantikan kelas Trafalgar. Kapal selam Astute yang kedua, Ambush, sedang dalam proses penyelesaian di Barrow-in-Furness, sedangkan yang ketiga, Artful, dalam proses perangkaian.