Korea Selatan membuktikan keputusannya untuk mempertahankan perbatasan maritimnya di Laut Kuning (sebelah barat) pada 10 November ketika bentrokan AL pertama dengan Korea Utara dalam tujuh tahun.
Sangat kontras dengan kejadian sebelumnya pada tahun 1999 dan 2002, the Republic of Korea Navy (RoKN) menerapkan aturan pelibatan yang baru yang mengijinkan kapalnya untuk menembak kepada kapal patroli Korea Utara tanpa terlebih dahulu konsultasi dengan pemegang kebijakan polotik di Seoul.
Pada 1136 h local time, sebuah kapal patroli Korea Selatan melaksanakan tembakan peringatan 4 kali kepada kapal Korea Utara yang melanggar garis batas sebelah utara, berdasarkan perhitungan Seoul. Pyongyang tidak mengenal batas maritim ini, yang telah di gambarkan oleh Amerika pada akhir Korean War pada tahun 1953. Kapal Korut membuka tembakan dan menyebabkan 15 lubang pada haluan kapal RoKN. Hal ini memicu reaksi segera: 4 kapal Korsel menembakan 4.950 peluru ke kapal patroli Korut yang meninggalkan pertempuran dalam keadaan terbakar. Adu saling tembak ini berlangsung kurang dari 2 menit, menewaskan paling tidak 1 ABK Korut.
Pyongyang menyangkal versi Seoul dan menuntut permohonan maaf, berkaitan dengan bentrokan akibat dari pergerakan yang agresif oleh RoKN. Pertukaran tembakan bukan kejadian yang kebetulan tetapi merupakan suatu hal yang sudah direncanakan oleh militer Korsel, pendapat dari Rodong Sinmun, seorang wartawan surat kabar Pyongyang.
"Kita tidak bisa bilang bahwa AL Korsel melakukan reaksi yang berlebihan," Jong Kun Choi, dari Universitas Yonsei Seoul. "Bertentangan dengan aturan pelibatan yang digunakan pada tahun 2002 ketika bentrokan sebelumnya terjadi, kapal memiliki kewenangan untuk membalas tembakan tanpa terlebih dahulu konsultasi dengan pemegang kebijakan politik". Presiden Lee Myung-bak, yang telah memimpin dengan garis keras melawan Pyongyang sejak memerintah pada tahun 2008, telah kembali kepada aturan pelibatan sebelumnya yang membatasi kewengan dari RoKN.
Bak Seung-joo, dari the Korea Institute for Defence Analyses, mengatakan bahwa dia percaya bentrokan yang terjadi adalah rencana Pyongyang untuk meningkatkan ketegangan berkenaan dengan kedatangan Presiden Barack Obama ke Seoul.
Sangat kontras dengan kejadian sebelumnya pada tahun 1999 dan 2002, the Republic of Korea Navy (RoKN) menerapkan aturan pelibatan yang baru yang mengijinkan kapalnya untuk menembak kepada kapal patroli Korea Utara tanpa terlebih dahulu konsultasi dengan pemegang kebijakan polotik di Seoul.
Pada 1136 h local time, sebuah kapal patroli Korea Selatan melaksanakan tembakan peringatan 4 kali kepada kapal Korea Utara yang melanggar garis batas sebelah utara, berdasarkan perhitungan Seoul. Pyongyang tidak mengenal batas maritim ini, yang telah di gambarkan oleh Amerika pada akhir Korean War pada tahun 1953. Kapal Korut membuka tembakan dan menyebabkan 15 lubang pada haluan kapal RoKN. Hal ini memicu reaksi segera: 4 kapal Korsel menembakan 4.950 peluru ke kapal patroli Korut yang meninggalkan pertempuran dalam keadaan terbakar. Adu saling tembak ini berlangsung kurang dari 2 menit, menewaskan paling tidak 1 ABK Korut.
Pyongyang menyangkal versi Seoul dan menuntut permohonan maaf, berkaitan dengan bentrokan akibat dari pergerakan yang agresif oleh RoKN. Pertukaran tembakan bukan kejadian yang kebetulan tetapi merupakan suatu hal yang sudah direncanakan oleh militer Korsel, pendapat dari Rodong Sinmun, seorang wartawan surat kabar Pyongyang.
"Kita tidak bisa bilang bahwa AL Korsel melakukan reaksi yang berlebihan," Jong Kun Choi, dari Universitas Yonsei Seoul. "Bertentangan dengan aturan pelibatan yang digunakan pada tahun 2002 ketika bentrokan sebelumnya terjadi, kapal memiliki kewenangan untuk membalas tembakan tanpa terlebih dahulu konsultasi dengan pemegang kebijakan politik". Presiden Lee Myung-bak, yang telah memimpin dengan garis keras melawan Pyongyang sejak memerintah pada tahun 2008, telah kembali kepada aturan pelibatan sebelumnya yang membatasi kewengan dari RoKN.
Bak Seung-joo, dari the Korea Institute for Defence Analyses, mengatakan bahwa dia percaya bentrokan yang terjadi adalah rencana Pyongyang untuk meningkatkan ketegangan berkenaan dengan kedatangan Presiden Barack Obama ke Seoul.
0 komentar:
Posting Komentar