Pada tgl 10 Juni 1940, Italia terjun ke kancah pertempuran PD-II dgn memihak kpd Jerman. Area operasi yg dipilih oleh AL Italia (supermarina) adalah Laut Tengah karena di sini pusat dari kekuasaan Inggris, yg menguasai daerah utara Afrika dan beberapa pulau kecil di sekitarnya, seperti Malta dan Kreta. Operasi yg dilaksanakan adalah operasi kapal selam dan peperangan ranjau.
Operasi peranjauan dikatakan oleh Commander(ret.) Marc' Antonio Bragadin, penulis dari The Italian Navy in World War II, adalah langkah awal yang paling masuk akal dalam permulaan suatu operasi laut. Dan peperangan ranjau adalah salah satu jenis peperangan yang mendapat perhatian khusus dari AL Italia.
Operasi peranjauan yang dilaksanakan adalah pd malam sebelum di mulainya pertempuran tgl 6 Juni 1940 dgn menggelar Operasi Peranjauan Defensif disekitar pantai mereka. Selain itumereka memiliki enam Kapal Selam penyebar ranjau yang mampu melaksanakan Operasi Peranjauan Ofensif di sekitar pelabuhan musuh dan sepanjang rute pelayarannya seperti Tunisia, Selat Sisilia, Malta, dll. Bahkan KS Micca telah berangkat tgl 4 Juni 1940 untuk melaksanakan Operasi Peranjauan Ofensif di alur masuk Aleksandria.
Operasi Peranjauan Ofensif dan Defensif sekaligus dilaksanakan di Selat Sisilia. Dilaksanakan juga Peranja
uan Ofensif di Malta dan Kreta dimana tipe medan ranjau yang dilaksanakan berupa Attrition Fields dan Closure Fields. Para petinggi AL Italia menganggap peranjauan di Malta penting karena Malta adalah Pulau yang amat strategis untuk digunakan sebagai langkah awal mengontrol pelayaran di Laut Tengah dan sebagai syarat mutlak yang tak dapat di elakkan untuk memulai perang melawan Royal Navy dan harus sesegera mungkin dikuasai, yang pada saat itu Malta dikuasai Royal Navy sebagai akibat dari hasil PD I.
Para pemimpin militer Italia dan Jerman memiliki keyakinan bahwa untuk memenangkan pertempuran di Laut Tengah, penguasaan Terusan Suez amat perlu dilaksanakan. Dan untuk itu mereka memandang perlu untuk merebut pangkalan udara di Malta dan semuanya harus dilaksanakan dengan amat cermat dan tidak main-main. Untuk itu Jerman dan Italia merancang operasi gabungan untuk melaksanakan pendaratan di Malta. AL Italia mendapat "jatah" untuk melaksanakan operasi laut dengan mengerahkan kekuatan eskortanya, kekuatan kapal-kapal pendarat dan menyiapkan rencana konvoi serta mempersiapkan resimen San Marco. Selama persiapan ini dilaksanakan, menjadi suatu keperluan yang nyata bahwa harus dilaksanakan usaha untuk mengikis kemampuan bertahan Malta sebesar mungkin baik dengan operasi pemboman dari udara maupun dengan mengepung pulau tersebut dan mengurangi suplai logistik maupun pasukan seminim mungkin. Pemblokadean laut atas Malta dilaksanakan oleh AL Italia dengan mengerahkan Divisi Penjelajah ke-3 dan ke-7 serta dengan melaksanakan Operasi peranjauan ofensif. Sedangkan keunggulan udara dilaksanakan oleh armada udara gabungan Italia-German Air Force.
Operasi peranjauan dikatakan oleh Commander(ret.) Marc' Antonio Bragadin, penulis dari The Italian Navy in World War II, adalah langkah awal yang paling masuk akal dalam permulaan suatu operasi laut. Dan peperangan ranjau adalah salah satu jenis peperangan yang mendapat perhatian khusus dari AL Italia.
Operasi peranjauan yang dilaksanakan adalah pd malam sebelum di mulainya pertempuran tgl 6 Juni 1940 dgn menggelar Operasi Peranjauan Defensif disekitar pantai mereka. Selain itumereka memiliki enam Kapal Selam penyebar ranjau yang mampu melaksanakan Operasi Peranjauan Ofensif di sekitar pelabuhan musuh dan sepanjang rute pelayarannya seperti Tunisia, Selat Sisilia, Malta, dll. Bahkan KS Micca telah berangkat tgl 4 Juni 1940 untuk melaksanakan Operasi Peranjauan Ofensif di alur masuk Aleksandria.
Operasi Peranjauan Ofensif dan Defensif sekaligus dilaksanakan di Selat Sisilia. Dilaksanakan juga Peranja
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9GmFj-Cf4vUzP3P2_eJopBdUgx_hB5VXe5xmg32f45BicjwCUNs-Po3rbALYL09mJRY9CCshVgPheJj6u5E2bEXtNDc7RVA1J4pebWsjDCytWJcBzuA0B_12rS1ORMXwYTiDoqTv42M7l/s200/BlokadeOfMalta.jpg)
Para pemimpin militer Italia dan Jerman memiliki keyakinan bahwa untuk memenangkan pertempuran di Laut Tengah, penguasaan Terusan Suez amat perlu dilaksanakan. Dan untuk itu mereka memandang perlu untuk merebut pangkalan udara di Malta dan semuanya harus dilaksanakan dengan amat cermat dan tidak main-main. Untuk itu Jerman dan Italia merancang operasi gabungan untuk melaksanakan pendaratan di Malta. AL Italia mendapat "jatah" untuk melaksanakan operasi laut dengan mengerahkan kekuatan eskortanya, kekuatan kapal-kapal pendarat dan menyiapkan rencana konvoi serta mempersiapkan resimen San Marco. Selama persiapan ini dilaksanakan, menjadi suatu keperluan yang nyata bahwa harus dilaksanakan usaha untuk mengikis kemampuan bertahan Malta sebesar mungkin baik dengan operasi pemboman dari udara maupun dengan mengepung pulau tersebut dan mengurangi suplai logistik maupun pasukan seminim mungkin. Pemblokadean laut atas Malta dilaksanakan oleh AL Italia dengan mengerahkan Divisi Penjelajah ke-3 dan ke-7 serta dengan melaksanakan Operasi peranjauan ofensif. Sedangkan keunggulan udara dilaksanakan oleh armada udara gabungan Italia-German Air Force.
0 komentar:
Posting Komentar