Influence mines adalah ranjau yang akan ter aktuasi karena satu atau kombinasi dari beberapa faktor pengaruh : magnetic, acoustic dan pressure. Ranjau-ranjau pengaruh ini pertama kali di operasikan pada waktu PD II.
Ranjau pengaruh pada umumnya merupakan ranjau dasar dan oleh karena itu tidak di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pasang surut dan arus, tidak seperti ranjau jangkar. Keterbatasan yang menjadi sifatnya yaitu membutuhkan perairan yang agak dangkal dan semakin dekat dengan target makan akan semakin efektif.
Ranjau dasar Magnetik pertama kali di buat dan di uji oleh Inggris pada tahun 1917. Mereka menyebutnya dengan M-sinkers. Tetapi Jerman adalah yang pertama kali meraih sukses dalam penggunaan ranjau magnetik ini pada awal PD II. Aktuasi ranjau ini disebabkan perubahan medan magnet bumi karena akibat dari komponen magnetik yang ada di kapal baik yang permanen maupun yang variabel.
Ranjau dasar Akustik digunakan oleh kedua belah pihak, Sekutu dan Jerman pada akhir PD II. Aktuasi ranjau ini disebabkan oleh suara bawah air yang di timbulkan oleh kapal yang bergerak melalui air.
Ranjau dasar Pengaruh di kenal juga sebagai oysters, di kembangkan pada tahun 1943. Teraktuasi karena perubahan tekanan air dibawah sebuah kapal yang bergerak.
Berkembang suatu teknologi baru dalam menyebar ranjau yaitu dengan menggunakan pesawat terbang. Penyebaran ranjau secara tradisional yaitu dengan kapal permukaan dinilai lambat dan berbahaya. Menyebar ranjau dengan pesawat udara dengan maksud bahwa medan ranjau yang biasanya diselesaikan beberapa hari oleh kapal permukaan, dapat di lakukan hanya dalam beberapa jam dan yang paling penting adalah resikonya rendah.
Ranjau memegang peranan yang sangat penting sebagai senjata untuk menyerang. Operation Starvation adalah contoh baik betapa efektif nya offensive minning. 650 kapal Jepang tenggelam dan lalu lintas pelayaran sangat terganggu. Jepang sangat tergantung pada kebutuhan importnya, sehingga pada akhirnya menyerah. Operasi ini dilaksanakan oleh Amerika dalam melawan Jepang pada akhir PD II.
Ranjau pengaruh pada umumnya merupakan ranjau dasar dan oleh karena itu tidak di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pasang surut dan arus, tidak seperti ranjau jangkar. Keterbatasan yang menjadi sifatnya yaitu membutuhkan perairan yang agak dangkal dan semakin dekat dengan target makan akan semakin efektif.
Ranjau dasar Magnetik pertama kali di buat dan di uji oleh Inggris pada tahun 1917. Mereka menyebutnya dengan M-sinkers. Tetapi Jerman adalah yang pertama kali meraih sukses dalam penggunaan ranjau magnetik ini pada awal PD II. Aktuasi ranjau ini disebabkan perubahan medan magnet bumi karena akibat dari komponen magnetik yang ada di kapal baik yang permanen maupun yang variabel.
Ranjau dasar Akustik digunakan oleh kedua belah pihak, Sekutu dan Jerman pada akhir PD II. Aktuasi ranjau ini disebabkan oleh suara bawah air yang di timbulkan oleh kapal yang bergerak melalui air.
Ranjau dasar Pengaruh di kenal juga sebagai oysters, di kembangkan pada tahun 1943. Teraktuasi karena perubahan tekanan air dibawah sebuah kapal yang bergerak.
Berkembang suatu teknologi baru dalam menyebar ranjau yaitu dengan menggunakan pesawat terbang. Penyebaran ranjau secara tradisional yaitu dengan kapal permukaan dinilai lambat dan berbahaya. Menyebar ranjau dengan pesawat udara dengan maksud bahwa medan ranjau yang biasanya diselesaikan beberapa hari oleh kapal permukaan, dapat di lakukan hanya dalam beberapa jam dan yang paling penting adalah resikonya rendah.
Ranjau memegang peranan yang sangat penting sebagai senjata untuk menyerang. Operation Starvation adalah contoh baik betapa efektif nya offensive minning. 650 kapal Jepang tenggelam dan lalu lintas pelayaran sangat terganggu. Jepang sangat tergantung pada kebutuhan importnya, sehingga pada akhirnya menyerah. Operasi ini dilaksanakan oleh Amerika dalam melawan Jepang pada akhir PD II.
0 komentar:
Posting Komentar