Pemblokadean laut atas Malta dilaksanakan oleh AL Italia dengan mengerahkan Divisi Penjelajah ke-3 dan ke-7 serta dengan melaksanakan Operasi Peranjauan Ofensif. Sedangkan keunggulan udara dilaksanakan oleh Armada udara gabungan Italia-German Air Force.
Namun pada saat Malta hampir menyerah oleh pemblokadean tersebut terjadi kesalahan fatal yang dilakukan oleh para pemimpin Jerman:
1) Jenderal Rommel memusatkan perhatian untuk menyerbu Mesir dan mengkhawatirkan Inggris bisa membangun kekuatan AU nya, maka ia meminta AU Jerman di Laut Tengah yang sedang melaksanakan pemblokadean di Malta untuk membantunya. Namun kekuatan mereka tidak bisa melaksanakan pertempuran di dua tempat sekaligus. Maka tujuan menguasai Malta di tunda sehingga mereka hanya berkonsentrasi di Mesir.
2) Hittler mengkonsentrasikan kekuatannya saat itu (1942) untuk memulai invasi ke Rusia dan mengatakan bahwa rencananya tersebut bisa membuat Malta menjadi tidak berguna bagi Inggris.
Namun pada saat Malta hampir menyerah oleh pemblokadean tersebut terjadi kesalahan fatal yang dilakukan oleh para pemimpin Jerman:
1) Jenderal Rommel memusatkan perhatian untuk menyerbu Mesir dan mengkhawatirkan Inggris bisa membangun kekuatan AU nya, maka ia meminta AU Jerman di Laut Tengah yang sedang melaksanakan pemblokadean di Malta untuk membantunya. Namun kekuatan mereka tidak bisa melaksanakan pertempuran di dua tempat sekaligus. Maka tujuan menguasai Malta di tunda sehingga mereka hanya berkonsentrasi di Mesir.
2) Hittler mengkonsentrasikan kekuatannya saat itu (1942) untuk memulai invasi ke Rusia dan mengatakan bahwa rencananya tersebut bisa membuat Malta menjadi tidak berguna bagi Inggris.
Akhirnya Malta gagal dikuasai dan jalannya pertempuran di Laut Tengah berbalik melawan Italia.
Jumlah ranjau yang di sebar oleh AL Italia di laut tengah sebanyak 54.457 ranjau. Adapun jenis ranjau yang disebar adalah ranjau pengaruh, ranjau jangkar, dan ranjau dasar. Terdapat juga ranjau anti invasi yang diletakkan di pesisir pantai Pulau Malta untuk menghambat pendaratan AL Inggris.
Untuk area peranjauan, AL Italia melaksanakan peranjauan ofensif di Selat Sisilia dan pelabuhan Alexandria di negara Tunisia dengan tujuan untuk mengontrol jalur perdagangan di Laut Tengah, mengarahkan konvoi musuh agar mengikuti kemauan dari Angk Bersenjata Italia dan menghancurkan moral AL Inggris dan sekutunya (Yunani, Yugoslavia, Perancis) di daerah tersebut. Selain itu AL Italia juga melaksanakan peranjauan Ofensif di kepulauan Malta yang bertujuan untuk mengisolasi Malta dan untuk pemukul terakhir konvoi AL inggris yang mencoba membantu kekuatan Malta. Selain peranjauan ofensif, AL Italia juga melaksanakan peranjauan defensif di selat Sisilia yang bertujuan untuk melaksanakan tindakan balasan ke pulau Sisilia dan wilayah Italia lainnya.
Adapun permasalahan operasi peranjauan yang dilaksanakan supermarina adalah peralatan yang terbatas seperti yang terdapat pada 6 KS Italia membuat hasil peranjauan kurang mengesankan, keadaan laut yang dipilih menjadi daerah peranjauan seperti selat Sisilia yang selalu berombak besar dan berarus kencang serta memiliki kedalaman yang berbeda jauh di tiap tempat dimana terdapat kedalaman yang lebih dari yang biasanya dipilih menjadi daerah peranjauan menjadikan usaha peranjauan yang dilakukan harus dilaksanakan dengan usaha yang lebih agar kesulitan-kesulitan ini dapat teratasi. Pengerahan awak yang terampil dan peralatan penyebaran yang lebih banyak lagi serta diciptakannya ranjau baru untuk daerah perairan yang memiliki kedalaman seperti di Selat Sisilia adalah solusi yang dianggap tepat oleh Supermarina.
AL Inggris juga melaksanakan aksi perlawanan ranjau yang dilakukan dengan cara membalas meranjau daerah Italia (celah antar medan ranjau di selat Sisilia). Dimana pada masa itu belum ada kapal-kapal Buru Ranjau. Minesweepers yang dimiliki oleh kedua AL (Italia&Inggris) belum mampu membersihkan ranjau yang berada di laut dalam dan selalu berombak besar seperti di selat Sisilia, belum lagi serangan udara silih berganti dari kedua belah pihak, sehingga TPR yang dilakukan oleh keduanya tidak berhasil efektif. Hal ini mengakibatkan masih banyak ranjau di daerah tersebut sampai beberapa tahun kemudian. Namun setelah gencatan senjata sekutu dan Italia September 1943, baru operasi penyapuan ranjau bisa dilaksanakan dengan lancar oleh AL Italia beserta Sekutu sepanjang hari meliputi 360.000 mil dikarenakan perairan Italia pada saat perang mengalami peranjauan besar-besaran.
Adapun hasil yang di dapat dalam peranjauan baik ofensif maupun defensif yang dilakukan AL Italia adalah 54.457 ranjau yang disebar sebanyak 132 kapal AL Inggris hancur akibat dari persenjataan laut termasuk ranjau. Sebanyak 80 kapal dagang tenggelam akibat dari ranjau.
Jumlah ranjau yang di sebar oleh AL Italia di laut tengah sebanyak 54.457 ranjau. Adapun jenis ranjau yang disebar adalah ranjau pengaruh, ranjau jangkar, dan ranjau dasar. Terdapat juga ranjau anti invasi yang diletakkan di pesisir pantai Pulau Malta untuk menghambat pendaratan AL Inggris.
Untuk area peranjauan, AL Italia melaksanakan peranjauan ofensif di Selat Sisilia dan pelabuhan Alexandria di negara Tunisia dengan tujuan untuk mengontrol jalur perdagangan di Laut Tengah, mengarahkan konvoi musuh agar mengikuti kemauan dari Angk Bersenjata Italia dan menghancurkan moral AL Inggris dan sekutunya (Yunani, Yugoslavia, Perancis) di daerah tersebut. Selain itu AL Italia juga melaksanakan peranjauan Ofensif di kepulauan Malta yang bertujuan untuk mengisolasi Malta dan untuk pemukul terakhir konvoi AL inggris yang mencoba membantu kekuatan Malta. Selain peranjauan ofensif, AL Italia juga melaksanakan peranjauan defensif di selat Sisilia yang bertujuan untuk melaksanakan tindakan balasan ke pulau Sisilia dan wilayah Italia lainnya.
Adapun permasalahan operasi peranjauan yang dilaksanakan supermarina adalah peralatan yang terbatas seperti yang terdapat pada 6 KS Italia membuat hasil peranjauan kurang mengesankan, keadaan laut yang dipilih menjadi daerah peranjauan seperti selat Sisilia yang selalu berombak besar dan berarus kencang serta memiliki kedalaman yang berbeda jauh di tiap tempat dimana terdapat kedalaman yang lebih dari yang biasanya dipilih menjadi daerah peranjauan menjadikan usaha peranjauan yang dilakukan harus dilaksanakan dengan usaha yang lebih agar kesulitan-kesulitan ini dapat teratasi. Pengerahan awak yang terampil dan peralatan penyebaran yang lebih banyak lagi serta diciptakannya ranjau baru untuk daerah perairan yang memiliki kedalaman seperti di Selat Sisilia adalah solusi yang dianggap tepat oleh Supermarina.
AL Inggris juga melaksanakan aksi perlawanan ranjau yang dilakukan dengan cara membalas meranjau daerah Italia (celah antar medan ranjau di selat Sisilia). Dimana pada masa itu belum ada kapal-kapal Buru Ranjau. Minesweepers yang dimiliki oleh kedua AL (Italia&Inggris) belum mampu membersihkan ranjau yang berada di laut dalam dan selalu berombak besar seperti di selat Sisilia, belum lagi serangan udara silih berganti dari kedua belah pihak, sehingga TPR yang dilakukan oleh keduanya tidak berhasil efektif. Hal ini mengakibatkan masih banyak ranjau di daerah tersebut sampai beberapa tahun kemudian. Namun setelah gencatan senjata sekutu dan Italia September 1943, baru operasi penyapuan ranjau bisa dilaksanakan dengan lancar oleh AL Italia beserta Sekutu sepanjang hari meliputi 360.000 mil dikarenakan perairan Italia pada saat perang mengalami peranjauan besar-besaran.
Adapun hasil yang di dapat dalam peranjauan baik ofensif maupun defensif yang dilakukan AL Italia adalah 54.457 ranjau yang disebar sebanyak 132 kapal AL Inggris hancur akibat dari persenjataan laut termasuk ranjau. Sebanyak 80 kapal dagang tenggelam akibat dari ranjau.
0 komentar:
Posting Komentar