![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ydQcCdSq1zQojQWUTdRuBJ69cQ_w77rcJHtDn6519bom_PZEQ1zmdSwzvSivr0HHY61wUHfc2WUcY74rWIuZ0F-JJTmA_GVqhSAwGXpuB8AzsRe3Ht3C1Kef0qsTQTikYs9iC8rqrqtx/s200/starvation.jpg)
Pada awal PD II, tidak ada seorangpun baik dari AL, AD maupun AU yang memandang bahwa peperangan ranjau sebagai bagian penting dalam strategi secara keseluruhan dan sebagai hasilnya, perkembangan ranjau dan perencanaan peperangan ranjau di abaikan. Kelalaian ini dapat di atasi melalui usaha dari suatu kelompok kecil dari para ahli peranjauan Admiral King's staff di Washington dan sebagai akibat pengaruh dari Angkatan Bersenjata Inggris yang menggunakan peperangan ranjau sebagai bagian integral dari strategi mereka untuk mengalahkan Jerman.
Sebagai sebuah negara kepulauan yang bergantung pada sumber-sumber dari luar seperti minyak, bahan baku dan bahan makanan serta harus menyuplai pos-pos terluar atau terdepan militernya, sehingga Jepang sangat rentan terhadap peperangan ranjau. Ketika perang melawan Jepang berlangsung, ranjau semakin banyak di gunakan sebagai bagian dari operasi amphibi dan sebagai bagian dari kampanye militer melawan Jepang. Pada tahun 1944, upay
a AL untuk mengembangkan dan mengadakan persediaan ranjau mulai menampakan hasil, tetapi AL tidak memiliki sarana untuk membawa dan menyebarkan sejumlah ranjau ke perairan Jepang. Semua pelaku berpendapat bahwa kekuatan laut dan udara dapat memaksa Jepang untuk menyerah tanpa invasi. 1 April 1945 AL dan AU sepakat untuk menggunakan B-29 untuk kampanye peranjauan, yang dikenal dengan operasi "STARVATION".
Tiap pesawat udara membawa rata-rata 12.000 pound ranjau dengan tanpa tanki cadangan bahan bakar. Campuran dari 2000 pound ranjau MK-25 dan 1000 pound ranjau MK-26 dari total 36 ranjau yang di bawanya. Kombinasi antara peralatan aktuasi dengan magnetik dan akustik di gunakan dengan setting sensitivitas yang bervariasi, penyetelan arming delay secara acak antara 1 dan 30 hari dan ship counter antara 1 dan 9.
Tujuan utama Operasi Kelaparan (Operation Starvation) adalah untuk mencegah impor bahan baku , material dan makanan ke Jepang, mencegah pasokan dan pergerakan kekuatan militer dan mengganggu pelayaran di Laut Pedalaman. Empat puluh enam
misi ditujukan untuk menyerang perairan Jepang dengan intensi untuk memblokade selat Shimonoseki, dimana 80% dari armada kapal niaga Jepang lewat, blokade pelabuhan industri dan pelabuhan umum di Tokyo dan Nagoya, menghalangi jalur pelayaran antara Korea dan Jepang dengan meranjau pelabuhan Korea dan pelabuhan di pantai utara Jepang. Penyebaran dibagi dua medan ranjau : MIKE berlokasi di sebelah barat selat Shimonoseki, dan LOVE yang berlokasi di sebelah timur dari selat.
Selama perang, ranjau yang disebar telah menenggelamkan atau merusak lebih dari 2 juta ton kapal musuh, jumlah yang mewakili hampir seperempat dari kekuatan armada laut Jepang sebelum perang. Sebelum operasi STARVATION, kampanye peranjauan telah dilaksanakan di daerah terluar lawan. Kapal selam, kapal permukaan dan pesawat udara menebarkan hampir 13.000 ranjau pelabuhan dan rute pelayaran. Tidak ada kapal selam atau kapal permukaan yang hilang ketika menyebar ranjau dan lebih dari 3.231 sorti pesawat udara meranjau, hanya 40 pesawat udara yang gagal kembali. Kira-kira hampir 770.000 ton dari kapal telah tenggelam atau rusak.
Selama operasi STARVATION berlangsung, lebih dari 1.250.000 ton kapal telah tenggelam atau rusak dalam lima bulan terakhir. Kira-kira hampir 12.000 ranjau telah di sebar oleh 21th Bomber Command. Lebih dari 1.529 sorti B-29 melaksanakan peranjauan,
hanya 15 pesawat udara yang gagal kembali. Selat Shiminiseki dan semua pelabuhan industri yang penting hampir seluruhnya di blokade. Ratusan kapal tertunda, tenggelam atau rusak dan persediaan untuk industri sangat dibutuhkan dan sebagian penduduk telah dipindahkan ke pelabuhan utara Honshu.
Keputusan untuk menggunakan B-29 dalam kampanye peranjauan adalah contoh yang sempurna untuk kerjasama antar angkatan bersenjata. Operasi ini sangat sukses dimana menyebabkan menyerahnya Jepang tanpa harus melakukan invasi.
Sebagai sebuah negara kepulauan yang bergantung pada sumber-sumber dari luar seperti minyak, bahan baku dan bahan makanan serta harus menyuplai pos-pos terluar atau terdepan militernya, sehingga Jepang sangat rentan terhadap peperangan ranjau. Ketika perang melawan Jepang berlangsung, ranjau semakin banyak di gunakan sebagai bagian dari operasi amphibi dan sebagai bagian dari kampanye militer melawan Jepang. Pada tahun 1944, upay
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdQUmZug1UrW0gwN-diZIZpps9mOGoWU4B8Il4vZ9VwQ3f2alxbUE3h8ra5sDrhOX26bn5fs0q6et60lJenFCcDHH0WthC5NakTVUouNrv2hCmF55uBPGFeWWSXjgPiiQfeO3I4XPra-9a/s200/B-29.jpg)
Tiap pesawat udara membawa rata-rata 12.000 pound ranjau dengan tanpa tanki cadangan bahan bakar. Campuran dari 2000 pound ranjau MK-25 dan 1000 pound ranjau MK-26 dari total 36 ranjau yang di bawanya. Kombinasi antara peralatan aktuasi dengan magnetik dan akustik di gunakan dengan setting sensitivitas yang bervariasi, penyetelan arming delay secara acak antara 1 dan 30 hari dan ship counter antara 1 dan 9.
Tujuan utama Operasi Kelaparan (Operation Starvation) adalah untuk mencegah impor bahan baku , material dan makanan ke Jepang, mencegah pasokan dan pergerakan kekuatan militer dan mengganggu pelayaran di Laut Pedalaman. Empat puluh enam
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNt46PFYrqB0uOlEVqfMgYRjQ36G4VHCJOaLFB-jcUnSlXD27F44VpRt7c0k1SbGf5fvR0iQpASAbkkXj_X-C7YnefDj7dqXhvsh-gV5r83IZlCZlUK6c87xAOC2X1SpTgLO61I6vfK7SP/s200/MK-25.jpg)
Selama perang, ranjau yang disebar telah menenggelamkan atau merusak lebih dari 2 juta ton kapal musuh, jumlah yang mewakili hampir seperempat dari kekuatan armada laut Jepang sebelum perang. Sebelum operasi STARVATION, kampanye peranjauan telah dilaksanakan di daerah terluar lawan. Kapal selam, kapal permukaan dan pesawat udara menebarkan hampir 13.000 ranjau pelabuhan dan rute pelayaran. Tidak ada kapal selam atau kapal permukaan yang hilang ketika menyebar ranjau dan lebih dari 3.231 sorti pesawat udara meranjau, hanya 40 pesawat udara yang gagal kembali. Kira-kira hampir 770.000 ton dari kapal telah tenggelam atau rusak.
Selama operasi STARVATION berlangsung, lebih dari 1.250.000 ton kapal telah tenggelam atau rusak dalam lima bulan terakhir. Kira-kira hampir 12.000 ranjau telah di sebar oleh 21th Bomber Command. Lebih dari 1.529 sorti B-29 melaksanakan peranjauan,
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV1-rwXcoIMAulkyjGd1Wv5WemIg4sCE7hC5FWEqsBXW61b2Wl0HzF7QeYfcaYyzIhsS_-_4e_ej8r7aWLDTgvqzu6YhyoiM-DLeUSAvW6Hrz2FX98anfeirXIUSDkyYSqOtIUdols9SLr/s200/MK-26.jpg)
Keputusan untuk menggunakan B-29 dalam kampanye peranjauan adalah contoh yang sempurna untuk kerjasama antar angkatan bersenjata. Operasi ini sangat sukses dimana menyebabkan menyerahnya Jepang tanpa harus melakukan invasi.
0 komentar:
Posting Komentar